Judul: Pemerintah Pangkas Anggaran Daerah 25%, Memicu Protes dan Kenaikan Pajak Lokal

Pemerintah Bantah Kenaikan PBB di Daerah Akibat Efisiensi Anggaran Pusat

Pada Agustus 2025, pemerintah pusat Indonesia mengusulkan pemangkasan dana transfer ke daerah sebesar 25%, mengurangi anggaran dari sekitar Rp 866 triliun menjadi Rp 650 triliun pada tahun 2026. Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung program prioritas nasional seperti program makan siang gratis bagi siswa, namun langsung menimbulkan gelombang keprihatinan dan ketidakpuasan publik terhadap arah kebijakan fiskal pemerintah detikcom+6BMKG+6Reuters+6.

Beberapa daerah dilaporkan merespons defisit anggaran dengan menaikkan pajak secara drastis—seperti di Pati, Jawa Tengah yang menaikkan PBB-P2 (Pajak Bumi dan Bangunan) hingga 250%, serta di Bone, Sulawesi yang juga menaikkan pajak lokal hingga 65%. Kenaikan tersebut dianggap sebagai langkah terpaksa untuk menutupi defisit akibat pemangkasan dana Reuters+1.

Di Pati, protes luas terjadi. Ribuan warga turun ke jalan, melempari kantor pemerintah dengan batu, dan membakar mobil polisi — memicu penggunaan gas air mata dan water cannon oleh aparat keamanan. Aksi ini memaksa pencabutan kebijakan pajak, sementara Ketua Asosiasi Kepala Daerah menyoroti bahwa beberapa kabupaten mengandalkan hampir 90% anggaran mereka dari pemerintah pusat, sehingga pemangkasan dana berdampak sangat besar pada fasilitas publik seperti penyediaan air irigasi, pendidikan, dan kesehatan Reuters+10Reuters+10Wikipedia+10.

Kebijakan ini tidak hanya menimbulkan kritik soal otonomi daerah yang terancam, tapi juga dianggap menambah ketegangan publik. Renegosiasi anggaran antara pemerintah pusat dan daerah pun diupayakan pemerintah, sementara warga menyoroti bahwa langkah ini berpotensi memperlemah sistem desentralisasi yang telah dibangun sejak era reformasi ReutersThe Australian.

Ringkasan:

  • Pemangkasan dana daerah sebesar 25% untuk 2026

  • Kenaikan pajak lokal ekstrem sebagai kompensasi

  • Protes keras di Pati dan Bone

  • Risiko meluasnya ketidakpercayaan publik dan melemahnya otonomi daerah

  • Related Posts

    “Indeks Kebahagiaan Jadi Alternatif PDB: Apakah Sudah Saatnya?”

    Pada 2025, diskusi mengenai perluasan indikator ekonomi resmi telah semakin intensif. Para pembuat kebijakan global semakin mempertimbangkan indikator kebahagiaan dan kesejahteraan—seperti Indeks Kebahagiaan Dunia, Genuine Progress Indicator (GPI), dan OECD…

    DPR Tanggapi #KaburAjaDulu: Pilihan untuk Merantau Bukan Tanda Tak Nasionalis

    Fenomena tagar #KaburAjaDulu yang viral di media sosial pada awal 2025 memicu beragam reaksi dari masyarakat dan pejabat pemerintah. Tagar ini digunakan oleh banyak anak muda Indonesia untuk mengekspresikan keinginan…

    You Missed

    Judul: Pemerintah Pangkas Anggaran Daerah 25%, Memicu Protes dan Kenaikan Pajak Lokal

    Jodohku – Anang & Ashanty: Duet Romantis Pasangan Sejati

    Kita – Sheila On 7: Lagu Persatuan Anak Muda

    Bali United Menang Tipis Atas Borneo FC di Laga Sengit

    Persipura Jayapura Memperlihatkan Ketangguhan Mental Saat Mengalahkan Barito Putera

    Bahagia – GAC: Cinta yang Membawa Ketenangan