Jakarta, 7 Juli 2025 — Di tengah maraknya dunia digital yang serba terbuka, tren baru kini muncul di kalangan anak muda, terutama dari Generasi Z dan Milenial akhir, yakni gaya hidup “digital minimalism” atau yang lebih ekstrem disebut “digital vanishing” — hidup tanpa jejak digital.
Alih-alih mengejar followers dan eksistensi online, mereka mulai memilih menghapus akun media sosial, berhenti update status, dan mematikan fitur pelacakan digital demi ketenangan dan kendali atas hidup pribadi.
Fenomena yang Tumbuh Diam-diam
Berawal dari keresahan terhadap over-sharing, tekanan sosial, dan kelelahan digital, tren ini berkembang menjadi gaya hidup baru yang menyebar melalui komunitas privat dan forum-forum tertutup seperti Signal, Discord, dan Mastodon.
Menurut survei dari Digital Wellbeing Institute (2025), 23% Gen Z di Indonesia memilih tidak memiliki akun Instagram dan TikTok aktif, dan lebih dari 40% menyatakan mereka lebih tenang setelah membatasi eksistensi online.
Motivasi Utama: Privasi dan Kesehatan Mental
Banyak anak muda menyadari bahwa kehadiran mereka di media sosial sering menjadi sumber tekanan:
-
📱 Rasa cemas akan penilaian orang lain
-
💼 Takut akan pencurian data atau disinformasi
-
🧠 Gangguan konsentrasi dan stres akibat konten berlebihan
Salah satu penganut gaya hidup ini, Riana (25), mantan content creator, mengaku hidupnya lebih jernih dan damai sejak tidak lagi “hidup untuk dilihat.”
Cara Mereka Menghilang dari Dunia Digital
Beberapa langkah yang mereka ambil antara lain:
-
Menghapus akun-akun utama atau menggantinya dengan akun tertutup tanpa identitas pribadi
-
Mengganti smartphone menjadi feature phone (ponsel tanpa internet)
-
Beralih ke email dan komunikasi privat terenkripsi
-
Menghapus metadata foto dan menonaktifkan geotagging
Sebagian juga menjalani “Internet Sabbath”: tidak menggunakan internet setiap akhir pekan.
Respons Lingkungan dan Industri
Meski dianggap kontradiktif di era digital, tren ini justru menarik perhatian. Beberapa startup kini menawarkan layanan:
-
🌿 “Digital Cleanse” — program detoks digital terpandu
-
🕶️ “Privacy by Design” — perangkat tanpa pelacak AI
-
📦 Aplikasi minimalis tanpa algoritma personalisasi
Di sisi lain, perusahaan teknologi mulai mempertimbangkan fitur “No Trace Mode”, yaitu penggunaan aplikasi tanpa meninggalkan data.
Kesimpulan
Gaya hidup “tanpa jejak digital” bukan semata bentuk pelarian, tapi protes diam terhadap dunia yang terlalu cepat, bising, dan terbuka. Mereka bukan anti-teknologi, melainkan sedang merebut kembali kendali atas hidup pribadi mereka.
Di era di mana hampir semua hal ingin dibagikan, keheningan dan privasi justru menjadi kemewahan baru.