Yogyakarta, 15 Juli 2025 – Penyanyi pop kenamaan Indonesia, Raisa Andriana, sukses menggelar konser spektakuler bertajuk “Langit Senja” di pelataran megah Candi Prambanan, Sabtu malam (13 Juli). Konser ini bukan hanya menjadi ajang musik biasa, melainkan juga simbol perpaduan antara modernitas dan kekayaan warisan budaya Nusantara.
Dihadiri oleh lebih dari 7.000 penonton dari berbagai daerah dan negara, konser ini menjadi salah satu pertunjukan musik paling monumental sepanjang karier Raisa. Dengan latar siluet candi yang diterangi cahaya senja dan tata lampu megah, konser ini membuktikan bahwa musik pop Indonesia dapat tampil dalam kemasan artistik kelas dunia.
Pembukaan yang Sakral dan Estetik
Konser dibuka dengan suguhan kolaborasi tari kontemporer Jawa dan visual mapping yang menampilkan kisah Ramayana, sebelum Raisa muncul membawakan lagu “Usai Di Sini” dengan iringan gamelan kontemporer.
Panggung utama dibentuk menyerupai gunungan wayang, dengan motif batik digital dan sorotan cahaya yang berubah sesuai suasana lagu.
“Saya ingin malam ini bukan hanya konser musik, tapi juga persembahan untuk tanah tempat saya tumbuh, untuk budaya yang membentuk saya,” ujar Raisa di tengah-tengah pertunjukan.
Repertoar Eksklusif dan Aransemen Orkestra
Dalam konser berdurasi 2,5 jam itu, Raisa membawakan 18 lagu, termasuk hits seperti “Kali Kedua”, “Terjebak Nostalgia”, “Jatuh Hati”, serta beberapa lagu baru dari album 2025-nya, “Matahari Kedua”. Yang istimewa, semua lagu diaransemen ulang dalam format orkestra dan etnik, digarap oleh Erwin Gutawa bersama Gamelan Sekar Laras.
Penampilan Raisa pada lagu “Bahasa Kalbu” yang dibawakan bersama Tulus, dengan latar bulan purnama di atas candi, membuat ribuan penonton meneteskan air mata. Video momen tersebut viral di media sosial dan menjadi trending nomor satu di TikTok Indonesia dengan tagar #RaisaLangitSenja.
Perpaduan Budaya dan Musik Masa Kini
Konser ini juga dimeriahkan dengan penampilan tamu spesial seperti:
-
Dira Sugandi, dalam lagu jazz-etnik “Lir Ilir”
-
Yovie Widianto, di balik piano pada lagu “Melangkah”
-
Fiersa Besari, yang membacakan puisi di sela-sela segmen “Senandika Hati”
Seluruh pertunjukan dikurasi untuk memberikan narasi tentang perjalanan hidup, cinta, dan kedewasaan, dalam bingkai kekayaan budaya Indonesia.
Sutradara artistik konser ini, Jay Subyakto, menyebut acara ini sebagai “perayaan visual dan spiritual, bukan sekadar musik.”
Dampak Budaya dan Pariwisata
Penyelenggaraan konser di Candi Prambanan mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Menteri Sandiaga Uno menyebut acara ini sebagai bentuk promosi pariwisata berbasis budaya (cultural destination event).
“Konser ini bukan hanya hiburan, tapi cara efektif mengenalkan kekayaan warisan budaya Indonesia ke generasi muda dan wisatawan global,” ujarnya.
Selama akhir pekan konser, kunjungan wisata ke Candi Prambanan meningkat 240%, hotel-hotel di sekitar Sleman penuh, dan sektor UMKM seperti batik, kerajinan, serta kuliner lokal ikut meraup untung besar.
Penutup: Musik, Budaya, dan Identitas
“Langit Senja” lebih dari sekadar konser. Ia adalah bentuk perayaan jati diri Indonesia yang modern namun tidak tercerabut dari akarnya. Raisa, dengan elegansi dan suara merdunya, telah membawa penonton pada perjalanan emosional yang sarat makna — tentang cinta, tanah air, dan warisan yang tak lekang oleh zaman.
Konser ini menjadi bukti bahwa musik Indonesia bisa tampil megah, berkelas, dan tetap membumi.
