Tanggal: 5 Juli 2025
Kulon Progo/Bangkok — Makanan tradisional khas Yogyakarta, Mie Lethek, kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dalam ajang International Heritage Food Festival 2025 yang digelar di Bangkok, Thailand, pada 2–4 Juli, Mie Lethek asal Kulon Progo tampil sebagai salah satu kuliner paling unik dan berhasil mencuri perhatian para juri dan pengunjung mancanegara.
Dikenal karena Warna “Kusam” tapi Cita Rasa Istimewa
“Mie Lethek” yang berarti “mie kotor” dalam bahasa Jawa, sebenarnya merujuk pada warna kusamnya yang alami. Tidak seperti mie komersial yang berwarna kuning cerah, mie ini justru berwarna kecoklatan karena terbuat dari tepung tapioka dan gaplek tanpa pemutih atau pewarna.
Proses pembuatan mie masih dilakukan secara tradisional menggunakan tenaga sapi, tepatnya di Desa Bendo, Kecamatan Panggang, Kulon Progo, yang mempertahankan metode produksi kuno warisan leluhur.
“Mie ini memang tidak cantik dilihat, tapi rasanya autentik dan sehat karena tanpa pengawet,” ujar Mbah Wito (64 tahun), salah satu pengrajin mie lethek yang ikut mewakili Indonesia dalam festival tersebut.
Penyajian Khas dan Beragam Variasi
Dalam festival, Mie Lethek disajikan dalam dua versi:
-
Mie Lethek Goreng Pedas Daun Kemangi, dengan bumbu bawang putih, cabai merah, kecap manis, dan taburan daun kemangi.
-
Mie Lethek Kuah Kaldu Ayam Kampung, dengan pelengkap telur rebus dan sambal bawang.
Kedua hidangan tersebut mendapat sambutan luar biasa dari para food blogger dan juri festival, termasuk chef selebriti asal Jepang dan Perancis yang memuji kekayaan umami dari bahan-bahan lokalnya.
Mie Lethek sebagai Simbol Ketahanan Pangan Lokal
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menyatakan bahwa keberhasilan Mie Lethek di festival ini menjadi bukti kekuatan kuliner lokal dalam menyuarakan identitas bangsa.
“Di saat dunia mengarah pada makanan cepat saji, kita tampilkan keaslian. Mie Lethek bukan hanya mie, tapi simbol ketahanan pangan, tradisi, dan ekonomi mikro yang hidup,” ujar Sandiaga Uno melalui sambungan video saat festival berlangsung.
Pemerintah Kulon Progo kini tengah menyusun program Geopark Kuliner untuk menjadikan desa pengrajin Mie Lethek sebagai destinasi wisata gastronomi, lengkap dengan demo pembuatan, workshop memasak, dan penjualan produk UMKM setempat.
Mendunia Lewat Digital dan Kolaborasi
Tak hanya tampil dalam festival, kisah Mie Lethek juga diangkat oleh Netflix Asia dalam dokumenter mini seri “Hidden Plates of Asia” yang akan tayang September mendatang. Dalam episode yang direkam awal tahun ini, Mie Lethek menjadi satu-satunya makanan dari Indonesia yang ditampilkan di antara sajian langka dari Bhutan, Mongolia, dan Laos.
UMKM pengrajin Mie Lethek kini juga sudah mulai menjual produknya secara daring ke berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Jerman.
Kesimpulan:
Kemenangan Mie Lethek di festival makanan internasional menunjukkan bahwa warisan kuliner lokal yang sederhana sekalipun memiliki potensi besar di dunia global. Melalui rasa, cerita, dan nilai budaya yang kuat, Mie Lethek telah menjadi duta rasa Indonesia — dari Kulon Progo ke kancah dunia.